Madrasah Sebagai Alternatif Solusi Pendidikan Nasional
oleh: RIDWAN MUBARAK S.SOS, (Guru SMK Islamiyah Cianjur)

Sebagai jembatan antara model pendidikan pesantren dan model
pendidikan sekolah, madrasah menjadi sangat fleksibel diakomodasikan
dalam berbagai lingkungan. Di lingkungan pesantren, madrasah bukanlah
barang asing karena memang lahirnya madrasah merupakan inovasi model
pendidikan pesantren. Dengan kurikulum yang disusun rapi, para santri
lebih mudah mengetahui sampai di mana tingkat penguasaan materi yang
dipelajari.
Dengan metode pengajaran modern yang disertai audio visual, kesan
kumuh, jorok, ortodoks, dan eksklusif yang selama itu melekat pada
pesantren sedikit demi sedikit terkikis. Masyarakat metropolitan makin
tidak malu mendatangi dan bahkan memasukkan putra-putrinya ke pesantren
dengan model pendidikan madrasah. Baik mereka yang sekadar berniat
menempatkan putra-putrinya pada lingkungan yang baik (agamis) maupun
yang benar-benar menguasai ilmu yang dikembangkan di pesantren tersebut,
orang makin berebut untuk mendapatkan fasilitas di sana.
Pondok Pesantren Modern Gontor Ponorogo,
misalnya, penuh dengan putra-putri konglomerat. Sekali daftar tanpa
mikir bayar, lengkap sudah fasilitas didapat. Ma’had Al-Zaitun, yang
berlokasi di daerah Haurgeulis (sekitar 30 km dari pusat kota
Indramayu), yang baru berdiri 1994, juga telah menjadi incaran
masyarakat modern kelas menengah ke atas, bahkan sebagian muridnya
berasal dari Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Dengan
demikian, model pendidikan madrasah di lingkungan pesantren telah
memiliki daya tawar yang cukup tinggi.
Model-model pondok pesantren modern seperti itu kini telah
bermunculan di berbagai daerah. Di Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal,
misalnya, juga ada Pondok Pesantren Darul Amanah yang mengutamakan
penguasaan bahasa asing, yakni bahasa Arab dan Inggris. Pondok Pesantren
yang didirikan oleh para alumni Pondok Pesantren Modem Gontor Ponorogo
pada tahun 1990 itu telah menampung sekitar 1.300 santri (siswa). Di
Jawa Barat ada sekolah plus Darrussalam Ciamis, Almasturiyyah Sukabumi,
Albasyariyyah Bandung, Tanwiriyyah Cianjur, dan banyak lagi yang
lainnya.
Melihat kenyataan seperti itu, tuntutan pengembangan madrasah
akhir-akhir ini dirasa cukup tinggi. Pengembangan madrasah di pesantren
yang pada umumnya di luar kota dirasa tidak cukup memenuhi tuntutan
masyarakat. Oleh karena itu, banyak model pendidikan madrasah
bermunculan di tengah kota, baik di kota kecil maupun kota-kota
metropolitan. Meskipun banyak madrasah yang berkembang di luar
lingkungan pesantren, budaya agama, moral, dan etika agamanya tetap
menjadi ciri khas sebuah lembaga pendidikan Islam. Etika pergaulan,
perilaku, dan performance pakaian para santrinya menjadi daya tarik
tersendiri, yang menjanjikan kebahagiaan hidup dunia akhirat sebagaimana
tujuan pendidikan Islam.
Jika merujuk pada teori Benjamin S. Bloom (1956) yang dikenal dengan
nama taxonomy of educational objectives, keberhasilan pendidikan secara
kuantitatif mencakup tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor. Meskipun demikian, keberhasilan output (lulusan) pendidikan
hanyalah merupakan keberhasilan kognitif. Artinya, anak yang tidak
pernah salat pun, jika ia dapat mengerjakan tes PAl (Pendidikan Agama
Islam) dengan baik, ia bisa lulus (berhasil), dan jika nilainya baik, ia
pun dapat diterima pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Lain halnya dengan outcome (performance) seorang alumnus Madrasah,
bagaimanapun nilai rapor dan hasil ujiannya, moral keagamaan yang
melekat pada sikap dan perilakunya akan menjadi tolok ukur bagi
keberhasilan lembaga pendidikan yang menjadi tempat ia belajar. Karena
itulah keberhasilan outcome disebut keberhasilan afektif dan
psikomotorik. Bagi lembaga pendidikan “madrasah”, kedua standar
keberhasilan (output dan outcome) yang mencakup tiga domain taxonomy of
educational objectives tidak dapat dipisahkan.
Di samping mendidik kecerdasan, madrasah juga membina moral dan
akhlak siswanya. Itulah nilai plus madrasah dibandingkan sekolah umum
yang hanya menekankan pembinaan kecerdasan intelek (aspek kognitif)
saja. Dengan demikian, madrasah dapat menjadi solusi dalam sistem
pendidikan nasional. (*)
The new generations
of traditional Islamic school
I love Padepokan Santri Kyai Jamas

design lay out by@ Hany
Sumber asli tulisan: http://pgmkabsukabumi.blogspot.com/2008/12/madrasah-sebagai-solusi-pendidikan.html