Ulama-ulama Indonesia Di Haramain: Embrio NU di Indonesia
Posted on April 25, 2010 by SufiMuda
oleh al-Habib Luthfi bin Yahya
![]() |
( Hbb.Luthfi ) |
Banyak diantara kita yang kepaten obor, kehilangan sejarah, terutama
generasi-generasi muda. Hal itupun tidak bisa disalahkan, sebab orang
tua-orang tua kita, -sebagian jarang memberi tahu apa dan bagaimana
sebenarnya Nahdlitul Ulama itu.
Karena pengertian-pengertian mulai dari sejarah bagaimana berdirinya
NU, bagaimana perjuangan-perjuangan yang telah dilakukan NU, bagaimana
asal usul atau awal mulanya Mbah Kiai Hasyim Asyâ’ari mendirikan NU dan
mengapa Ahlus sunah wal jamaah harus diberi wadah di Indonesia ini.
Dibentuknya NU sebagai wadah Ahlu Sunah
bukan semata-mata KH Hasyim Asyâ’ari ingin ber-inovasi, tapi memang
kondisi pada waktu itu sudah sampai pada kondisi dloruri, wajib
mendirikan sebuah wadah. Kesimpulan bahwa membentuk sebuah wadah Ahlus
Sunah di Indonesia menjadi satu keharusan, merupakan buah dari
pengalaman ulama-ulama Ahlu Sunah, terutama pada rentang waktu pada
tahun 1200 H sampai 1350 H.
Pada kurun itu ulama Indonesia sangat mewarnai, dan perannya dalam
menyemarakan kegiatan ilmiyah di Masjidil Haram tidak kecil. Misal
diantaranya ada seorang ulama yang sangat terkenal, tidak satu pun
muridnya yang tidak menjadi ulama terkenal, ulama-ulama yang sangat tabahur fi ilmi Syari’ah, fi thoriqoh wa fi ilmi tasawuf,
ilmunya sangat melaut mendalam dan luas dalam syari’ah, thoriqoh dan
ilmu tasawuf. Dintaranya dari Sambas, Syekh Ahmad bin Abdu Somad Sambas.
Murid-murid beliau banyak yang menjadi ulama-ulama besar seperti Kyai
Tholhah Gunung jati Cirebon.
Kiai Tholhah ini adalah kakek dari Kiai Syarif Wonopringgo,
Pekalongan. Muridnya yang lain, Kiai Syarifudin bin Kiai Zaenal Abidin
Bin Kiai Muhammad Tholhah. Beliau diberi umur panjang, usianya seratus
tahun lebih. Adik seperguruan beliau diantaranya Kiai Ahmad Kholil
Bangkalan. Kiai kholil lahir pada tahun 1227 H. Dan diantaranya
murid-murid Syeh Ahmad sambas yaitu Syekh Abdul Qodir Al Bantan, yang
menurunkan anak murid, yaitu Syekh Abdul Aziz Cibeber Kiai Asnawi
Banten. Ulama lain yang sangat terkenal sebagai ulama ternama di
Masjidil Harom adalah Kiai Nawawi al Bantani.
Beliau lahir pada tahun 1230 H dan meninggal pada tahun 1310 H,
bertepatan dengan meninggalnya mufti besar Sayid Ahmad Zaini Dahlan.
Ulama Indonesia yang lainnya yang berkiprah di Masjidil Harom adalah
Sayid Ahmad an Nahrowi Al Banyumasi, beliau diberi umur panjang, beliau
meninggal pada usia 125. Tidak satupun pengarang kitab di Haromain;
Mekah-Madinah, terutama ulama-ulama yang berasal dari Indonesia yang
berani mencetak kitabnya, sebelum ada pengesahan dari Sayidi Ahmad an
Nahrowi Al Banyumasi.
Syekh Abdul Qadir Al Bantani, murid lain Syekh Ahmad bin Abdu Somad
Sambas, yang mempunyai murid Kiai Abdul Latif Cibeber dan Kiai Asnawi
Banten. Adapun ulama-alama yang lain yang ilmunya luar biasa adalah
Sayidi Syekh Ubaidillah Surabaya, beliau melahirkan ulama yang luar
biasa yaitu Kiai Ubaidah Giren Tegal, terkenal sebagai Imam Asyâ’ari-nya
Indonesia.
Dan melahirkan seorang ulama, auliya besar, Sayidi Syekh Muhammad
Ilyas Sukaraja. Guru dari guru saya Sayidi Syekh Muhamad Abdul Malik.
Yang mengajak Syekh Muhammad Ilyas muqim (menetap) di Haromain (Mekkah –
Madinah) yang mengajak adalah Kiai Ubaidah tersebut, di Jabal Abil
Gubais, di Syekh Sulaiman Zuhdi. Diantaranya murid-muridnya lagi di
Mekkah Sayidi Syekh Abdullah Tegal. Lalu Sayidi Syekh Abdullah Wahab
Rohan Medan, Sayid Syekh Abdullah Batangpau, Sayyidi syekh Muhammad
Ilyas Sukaraja, Sayyidi Syekh Abdul Aziz bin Abdu Somad al Bimawi, dan
Sayidi Syekh Abdullah dan Sayidi Syekh Abdul Manan, tokoh pendiri Termas
sebelum Kiai Mahfudz dan sebelum Kiai Dimyati.
Dijaman Sayidi Syekh Ahmad Khatib Sambas ataupun Sayidi Syekh
Sulaiman Zuhdi, murid yang terakhir adalah Sayidi Syekh Ahmad Abdul Hadi
Giri Kusumo daerah Mranggen. Inilah ulama-ulama indonesia diantara
tahun 1200 H sampai tahun 1350. Termasuk Syekh Baqir Zaenal Abidin
jogja, Kyai Idris Jamsaren, dan banyak tokoh-tokoh pada waktu itu yang
di Haromain. Seharusnya kita bangga dari warga keturunan bangsa kita
cukup mewarnai di Haromain (Mekkah-Madinah), beliau-beliau memegang
peranan yang luar biasa. Salah satunya guru saya sendiri Sayyidi Syekh
Muhammad Abdul Malik (Purwokerto) yang pernah tinggal di Haromain dan
mengajar di Masjidil Haram, khusus ilmu tafsir dan hadits selama 35
tahun.
Beliau adalah muridnya Syekh Mahfudz Al Turmidzi. Mengapa saya
ceritakan yang demikian, kita harus mengenal ulama-ulama kita dahulu
yang menjadi mata rantai berdirinya NU, istilahnya kalau dalam hadits
itu betul-betul tahu sanadnya, bukan hanya katanya-katanya saja, jadi
kita harus tahu dari mana saja ajaran Ahli Sunah Wal Jamaah yang diambil
oleh Syekh Hasyim Asy’ari.
Bukan sembarang orang, tapi yang benar-benar orang-orang tabahur
ilmunya (mendalam mumpuni ilmunya), dan mempunyai maqomah, kedudukan
yang luar biasa. Namun sayang peran penting ulama-ulama Ahlu Sunah di
Haromain pada masa itu (pada saat Syarif Husen berkuasa di Hijaz),
khususnya ulama yang dari Indonesia tidak mempunyai wadah. Kemudian hal
itu di pikirkan oleh kiai Hasyim Asy’ari disamping mempunyai latar
belakang dan alasan lain yang sangat kuat sekali.
Menjelang berdirinya NU, beberapa ulama besar kumpul di Masjidil
Harom, -ini sudah tidak tertulis dan harus dicari lagi nara
sumber-sumbernya, beliau-beliau menyimpulkan sudah sangat mendesak
berdirinya wadah bagi tumbuh kembang dan terjaganya ajaran Ahlu Sunah
Wal Jamaah. Akhirnya di istikharohi oleh para ulama-ulama Haromain,
lalu mengutus Kiai Hasyim Asy’ari untuk pulang ke Indonesia, agar
menemui dua orang di Indonesia, kalau dua orang ini
mengiakan(menyetujui) jalan terus, kalau tidak, jangan diteruskan. Dua
orang tersebut yang pertama al-Habib Hasyim bin Umar Bin Toha Bin Yahya
Pekalongan, yang satunya lagi Mbah Kyai Kholil Bangkalan.
Oleh sebab itu tidak heran jika Mukatamar NU yang ke 5 dilaksanakan
di Pekalongan tahun 1930 M. Untuk menghormati al-Habib Hasyim yang
wafat pada itu. Itu suatu penghormatan yang luar biasa. Tidak heran
kalau di Pekalongan sampai dua kali menjadi tuan rumah Muktamar
Thoriqoh. Tidak heran karena sudah dari sananya, kok tahu ini semua
sumbernya dari mana? Dari seorang yang soleh, Kiai Irfan. Suatu ketika
saya duduk-duduk dengan Kiai Irfan, Kiai Abdul Fatah dan Kiai Abdul
Hadi. Kiai Irfan bertanya pada saya “kamu ini siapanya Habib Hasyim?”.
Yang menjawab pertanyaan itu Kiai Abdul Fatah dan Kiai Abdul Hadi; “ini
cucunya Habib Hasyim Yai “.
Akhirnya saya di beri wasiat, katanya; “mumpung saya masih hidup
tolong catat sejarah ini. Mbah Kiai Hasyim Asy’ari datang ketempatnya
Mbah Kiai Yasin, Kiai Sanusi ikut serta pada waktu itu. Disitu diiringi
oleh Kiai Asnawi Kudus, terus diantar datang ke Pekalongan, lalu
bersama Kiai Irfan datang ke kediamannya Habib Hasyim. Begitu KH. Hasyim
Asy’ari duduk, Habib Hasyim langsung berkata, “Kyai Hasyim
Asy’ari, silahkan laksanakan niatmu kalau mau membentuk wadah Ahlu
Sunah Wal Jamaah. Saya rela tapi tolong saya jangan ditulis“.
Itu wasiat Habib Hasyim, terus Kyai Hasyim Asy’ari merasa lega dan
puas. Kemudin Kiai Hasyim Asy’ari menuju ke tempatnya Mbah Kiai Kholil
Bangkalan, kemudian Mbah Kyai kholi bilang sama Kyai Hasyim Asyari “laksanakan apa niatmu saya ridlo seperti ridlonya Habib Hasyim tapi saya juga minta tolong, nama saya jangan ditulis.”
Kata Kiai Hasyim Asy’ari “ini bagaimana kyai, kok tidak mau ditulis
semua.” Terus mbah Kiai Kholil menjawab kalau mau tulis silahkan tapi
sedikit saja. Itu tawadhlu-nya Mbah Kyai Ahmad Kholil Bangkalan. Dan
ternyata sejarah tersebut juga dicatat oleh Gus Dur.
Inilah sedikit perjalanan Nahdlotul Ulama. Inilah perjuangan pendiri
Nahdlotul ulama. Para pendirinya merupakan tokoh-tokoh ulama yang luar
biasa. Makanya hal-hal yang demikian itu tolong ditulis, biar anak-anak
kita itu tidak terpengaruh oleh yang tidak-tidak, sebab mereka tidak
mengetahui sejarah. Anak-anak kita saat ini banyak yang tidak tahu, apa
sih NU itu? Apa sih Ahlu Sunah itu? Lha ini permasalahan kita. Upaya
pengenalan itu yang paling mudah dilakukan dengan memasang foto-foto
para pendiri NU, khususnya foto Hadhrotus Syekh Kiai Hasyim Asy’ari.
(Disampaikan pada Harlah NU di Kota Pekalongan)
( Ustdz.S.Wahyuni ) |
sumber:
http://sufimuda.wordpress.com
PADEPOKAN SANTRI KYAI JAMAS
"Lare ngreco"
the new generations
of traditional Islamic school
Tidak ada komentar:
Posting Komentar