Ada masalah besar
yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia. 5 masalah besar ini
penulis urutakan berdasarkan dampaknya yang sangat dirasakan oleh
masyarakat :
Melalui kebijakan “membadan usahakan dunia pendidikan”, pendidikan
dihadapkan pada biaya yang sangat mahal. Beberapa sekolah negeri yang
berkatagori SBI dan Nasional Plus mematok harga masuk 5-10 juta, belum
lagi spp bulanan > 200.000, walhasil anak-anak miskin tidak mungkin
mendapatkan sekolah bermutu. PTN bergensi yang sudah BHMN pun
berlomba-lomba meningkatkan uang masuk, jalur biasa saja (spmb) bisa
seharga 10 juta untuk uang masuk, maka jalur luar biasa konon paling
sedikitnya 60 juta. walhasil KAPITALISASI pendidikan akan memicu
DISKRIMINASI PENDIDIKAN.
2. UJIAN AKHIR NASIONAL
Menteri pendidikan yang keras kepala tetap bersikukuh bahwa “UAN”
adalah penentu LULUS TIDAKNYA SISWA. Kekeras kepalaan Mentri Pendidikan
bisa dimaklumi, latar belakangnnya sebagai ekonom MAFIA BERKELEY
menjadikan pemikirannya pun hanya berkutat pada suku bunga, inflasi,
investasi, dan pertumbuhan ekonomi yang semuanya dinilai dari
superfacial atau makro saja. Maka ketika landasan ekonomi diterapkan
pada pendidikan, analoginya adalah nilai UAN=indikator pertumbuhan
ekonomi, yang hanya dilihat dari B.IND=inflansi, MATH=suku bunga,
Pelajaran lainnya=investasi. Walaupun parameter kelulusan hanya
berdasarkan pada UAN bertentangan dengan filosofi kurikulum 2006 (KTSP)
yang sangat menjunjung proses, Mentri Pendidikan tidak perduli. SHOW
MUST BE GO ON (resiko jika menteri pendidikan dipegang oleh orang yang
tidak mengerti pendidikan). Walhasil guru berbuat curang demi murid.
Kasus Deli Serdang bukan satu-satunya kasus. Murid pun stress….Jika ada
penelitian tentang stress, maka bisa diprediksi…STRESS pada siswa dan
guru bahkan orang tua sangat tinggi setiap UAN. Tetapi tentu saja, UAN
menguntungkan lembaga bimbingan belajar. Maka saya sarankan…semua
sekolah di Indonesia ditutup saja!!!!!semuanya diganti BIMBINGAN
BELAJAR!!!!Karena apakah itu SBI, Nasional Plus, atau … jika yang
dihargai pada akhirnya hanya nilai UAN yang bisa didapatkan hanya lewat
drill tanpa perlu proses!!!! JADI UAN ADALAH PEMANDULAN KREATIFITAS
BANGSA, DAN PEMICU KETIDAKJUJURAN/BUDAYA KORUPSI
3. Pendidikan untuk mencetak buruh
SMK menjadi primadona dalam tiga tahun terakhir ini, mengapa? SMK
diimagekan sebagai sekolah yang cepat menghasilkan uang. Anak saya yang
TK, ketika menyaksikan iklan SMK berkata pada kakaknya, “masuk SMK aja
nanti dikasih uang, kan ada iklannya”. Sungguh melihat fakta ini, saya
jadi teringat pendidikan di zaman kolonial Belanda, sekolah pertukangan
dan pangepraja dibuka semurah-murahnya dan sebanyak-banyaknya, tujuannya
adalah menghasilkan para buruh dan pegawai bagi kepentingan Belanda.
Kini setelah 63 tahun Indonesia MERDEKA, sudah cukup banyak sarjana ,
master, dan doktor sebagai konseptor bangsa, maka PEMERINTAH SBY
mengembar-gemborkan lagi, untuk menjadikan anak-anak bangsa ini cukup
SEBAGAI BURUH, yang kemudian bisa diekspor sebagai TKI….Ironis…!!!!
4. Penganaktirian Madrasah dan Pesantren
Madrasah masih menjadi anak tiri dalam pendidikan. Sekolah yang
punya keunggulan dari sisi akhlak ini acapkali dipandang sebelah mata.
Sejak zaman penjajahan pesantren dan madrasah adalah kawah candra dimuka
lahirnya para pejuang yang membebaskan bangsa ini dari penjajahan.
Mungkin ketakutan ini masih menyelimuti kebijakan pendidikan Indonesia
yang lebih pro sekuler ketimbang islam. Walhasil…madrasah nasibnya
sangat mengkhawatirkan…dan senantiasa tertinggal….padahal madrasah ada
dan hidup ditengah masyarakat yang marjinal, sehingga memajukan madrasah
berarti mengeluarkan masyarakat dari kemarjinalan.
5. Wajib belajar
Mahalnya biaya sekolah, membuat orang miskin memilih perut ketimbang
pendidikan. Program sekolah gratis hanya ilusi, pada kenyataannya orang
miskin tetap mengeluarkan biaya untuk seragam, sepatu, transfortasi,
dan buku. Untuk masuk SD/SMP saja, biaya seragam, sepatu, dan buku
tulis bisa mencapai 500.000, sedangkan untuk transfortasi bisa memakan
biaya 6000 per hari, belum lagi jajan harian anak di sekolah misalkan
1000 perhari. Walhasil 7.000 sehari harus dikeluarkan orang tua untuk
menyekolahkan anak-anaknya disebuah sekolah gratis…..bagi orang miskin
biaya ini cukup besar, karena 7.000 lebih baik digunakan untuk membeli 1
liter beras, daripada sekolah. Satu sisi banyak sekolah yang tidak
menginginkan jadi sekolah gratis, karena pamornya jadi turun dan guru
pun tidak mendapat income tambahan????? Ironisnya WAJIB BELAJAR SUDAH
DIDENGUNGKAN SEJAK 30 TAHUN YANG LALU, DAN SAMPAI SEKARANG BELUM BISA
TERCAPAI BAHKAN MAKIN MEMBURUK????
PADA HARI PENDIDIKAN NASIONAL, HARUS DIAKUI….SECARA SISTEM NEGARA KITA SEDANG MENUJU “KEBANGKRUTAN” SECARA TOTAL.
Design layout : by@ Desi Anggraeni
PADEPOKAN
SANTRI KYAI JAMAS
" " ""Lare ngreco "
The new generations
of traditional Islamic school
Tidak ada komentar:
Posting Komentar