Senin, 24 Oktober 2011

5 MASALAH BESAR PENDIDIKAN DI INDONESIA

Mei 2, 2008 oleh yherlanti
Ada  masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia.  5 masalah besar ini penulis urutakan berdasarkan dampaknya yang sangat dirasakan oleh masyarakat :

1.  Kapitalisasi pendidikan

Melalui kebijakan “membadan usahakan dunia pendidikan”, pendidikan dihadapkan pada biaya yang sangat mahal.  Beberapa sekolah negeri yang berkatagori SBI dan Nasional Plus mematok harga masuk 5-10 juta, belum lagi spp bulanan > 200.000, walhasil anak-anak miskin tidak mungkin mendapatkan sekolah bermutu.  PTN bergensi yang sudah BHMN  pun berlomba-lomba meningkatkan uang masuk, jalur biasa saja (spmb) bisa seharga 10 juta untuk uang masuk, maka jalur luar biasa konon paling sedikitnya 60 juta.   walhasil KAPITALISASI pendidikan akan memicu DISKRIMINASI PENDIDIKAN.

2.  UJIAN AKHIR NASIONAL

Menteri pendidikan yang keras kepala tetap bersikukuh bahwa “UAN” adalah penentu LULUS TIDAKNYA SISWA.  Kekeras kepalaan Mentri Pendidikan bisa dimaklumi, latar belakangnnya sebagai ekonom MAFIA BERKELEY menjadikan pemikirannya pun hanya berkutat pada suku bunga, inflasi, investasi, dan pertumbuhan ekonomi yang semuanya dinilai dari superfacial atau makro saja.  Maka ketika landasan ekonomi diterapkan pada pendidikan, analoginya adalah  nilai UAN=indikator pertumbuhan ekonomi, yang hanya dilihat dari B.IND=inflansi, MATH=suku bunga, Pelajaran lainnya=investasi.  Walaupun parameter kelulusan hanya berdasarkan pada UAN bertentangan dengan filosofi kurikulum 2006 (KTSP) yang sangat menjunjung proses, Mentri Pendidikan tidak perduli.  SHOW MUST BE GO ON (resiko jika menteri pendidikan dipegang oleh orang yang tidak mengerti pendidikan).  Walhasil guru berbuat curang demi murid.  Kasus Deli Serdang bukan satu-satunya kasus.  Murid pun stress….Jika ada penelitian tentang stress, maka bisa diprediksi…STRESS pada siswa dan guru bahkan orang tua sangat tinggi setiap UAN.  Tetapi tentu saja, UAN menguntungkan lembaga bimbingan belajar.  Maka saya sarankan…semua sekolah di Indonesia ditutup saja!!!!!semuanya diganti BIMBINGAN BELAJAR!!!!Karena apakah itu SBI, Nasional Plus, atau … jika yang dihargai pada akhirnya hanya nilai UAN yang bisa didapatkan hanya lewat drill tanpa perlu proses!!!!  JADI UAN ADALAH PEMANDULAN KREATIFITAS BANGSA, DAN PEMICU KETIDAKJUJURAN/BUDAYA KORUPSI

3.  Pendidikan untuk mencetak buruh

SMK menjadi primadona dalam tiga tahun terakhir ini, mengapa? SMK diimagekan sebagai sekolah yang cepat menghasilkan uang.  Anak saya yang TK, ketika menyaksikan iklan SMK berkata pada kakaknya, “masuk SMK aja nanti dikasih uang, kan ada iklannya”.  Sungguh melihat fakta ini, saya jadi teringat pendidikan di zaman kolonial Belanda, sekolah pertukangan dan pangepraja dibuka semurah-murahnya dan sebanyak-banyaknya, tujuannya adalah menghasilkan para buruh dan pegawai bagi kepentingan Belanda.  Kini setelah 63 tahun Indonesia MERDEKA, sudah cukup banyak sarjana , master, dan doktor sebagai konseptor bangsa, maka PEMERINTAH SBY mengembar-gemborkan lagi, untuk menjadikan anak-anak bangsa ini cukup SEBAGAI BURUH, yang kemudian bisa diekspor sebagai TKI….Ironis…!!!!

4.  Penganaktirian Madrasah dan Pesantren

Madrasah masih menjadi anak tiri dalam pendidikan.  Sekolah yang punya keunggulan dari sisi akhlak ini acapkali dipandang sebelah mata.  Sejak zaman penjajahan pesantren dan madrasah adalah kawah candra dimuka lahirnya para pejuang yang membebaskan bangsa ini dari penjajahan.  Mungkin ketakutan ini masih menyelimuti kebijakan pendidikan Indonesia yang lebih pro sekuler ketimbang islam.  Walhasil…madrasah nasibnya sangat mengkhawatirkan…dan senantiasa tertinggal….padahal madrasah ada dan hidup ditengah masyarakat yang marjinal, sehingga memajukan madrasah berarti mengeluarkan masyarakat dari kemarjinalan.

5.  Wajib belajar

Mahalnya biaya sekolah, membuat orang miskin memilih perut ketimbang pendidikan.  Program sekolah gratis hanya ilusi, pada kenyataannya orang miskin tetap mengeluarkan biaya untuk seragam, sepatu, transfortasi, dan buku.  Untuk masuk SD/SMP saja, biaya seragam, sepatu, dan buku tulis bisa mencapai 500.000, sedangkan untuk transfortasi bisa memakan biaya 6000 per hari, belum lagi jajan harian anak di sekolah misalkan 1000 perhari.  Walhasil 7.000 sehari harus dikeluarkan orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya disebuah sekolah gratis…..bagi orang miskin biaya ini cukup besar, karena 7.000 lebih baik digunakan untuk membeli 1 liter beras, daripada sekolah.  Satu sisi banyak sekolah yang tidak menginginkan jadi sekolah gratis, karena pamornya jadi turun dan guru pun tidak mendapat income tambahan????? Ironisnya WAJIB BELAJAR SUDAH DIDENGUNGKAN SEJAK 30 TAHUN YANG LALU, DAN SAMPAI SEKARANG BELUM BISA TERCAPAI BAHKAN MAKIN MEMBURUK????
PADA HARI PENDIDIKAN NASIONAL, HARUS DIAKUI….SECARA SISTEM NEGARA KITA SEDANG MENUJU “KEBANGKRUTAN” SECARA TOTAL.

 Design layout : by@ Desi Anggraeni

PADEPOKAN
SANTRI KYAI JAMAS
                
                                                                                                 " " ""Lare ngreco " 
The new generations 

of traditional Islamic school
      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar