Kamis, 27 Oktober 2011

Ulama menjawab tentang Bid'ah


bukankah pada dasarnya semua jenis ibadah itu adalah haram, kecuali yang dilaksanakan sesuai tuntunan Rosullullah dan dilaksanakan dengan niat yang ikhlas. sesuai dengan namanya ibadah, ibadah adalah hubungan antara manusia dengan sesembahannya yaitu Allah SWT. banyak ibadah yang telah diajarkan oleh Rosullullah dan sebagian besar belum dilaksanakan, mengapa harus mengadakan ibadah2 yang baru yang belum ada tuntunannya. bukannkah sebaiknya kita melaksanakan ibadah2 sesuai yang dicontohkan oleh Rosullullah, kalo kurang lakukan ibadah seperti dicontohkan sahabat kulafaur rosyidin dan seterusnya. tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada para alim ulama, mungkin sebaiknya lebih mensosialisasikan bagaimana ibadah2 Rosullallah, sahabat dstnya.

 Jelek dan sesat paralel tidak bertentangan

Jelek dan sesat paralel tidak bertentangan, hal ini terjadi pula dalam Al-Qur’an, Allah SWT telah membuang sifat kapal dalam firman-Nya :

وَكَانَ وَرَاءَهُمْ مَلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ سَفِيْنَةٍ غَصْبَا (الكهف : 79)

Di belakang mereka ada raja yang akan merampas semua kapal dengan paksa”. (Al-Kahfi : 79).

Dalam ayat tersebut Allah SWT tidak menyebutkan kapal baik apakah kapal jelek; karena yang jelek tidak akan diambil oleh raja. Maka lafadh كل سفينة sama dengan كل بد عة tidak disebutkan sifatnya, walaupun pasti punya sifat, ialah kapal yang baik كل سفينة حسنة .

Selain itu, ada pendapat lain tentang bid’ah dari Syaikh Zaruq, seperti dikutip Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari. Menurutnya, ada tiga norma untuk menentukan, apakah perkara baru dalam urusan agama itu disebut bid’ah atau tidak: Pertama, jika perkara baru itu didukung oleh sebagian besar syari’at dan sumbernya, maka perkara tersebut bukan merupakan bid’ah, akan tetapi jika tidak didukung sama sekali dari segala sudut, maka perkara tersebut batil dan sesat. 

Kedua, diukur dengan kaidah-kaidah yang digunakan para imam dan generasi salaf yang telah mempraktikkan ajaran sunnah. Jika perkara baru tersebut bertentangan dengan perbuatan para ulama, maka dikategorikan sebagai bid’ah. Jika para ulama masih berselisih pendapat mengenai mana yang dianggap ajaran ushul (inti) dan mana yang furu’ (cabang), maka harus dikembalikan pada ajaran ushul dan dalil yang mendukungnya.

Ketiga, setiap perbuatan ditakar dengan timbangan hukum. Adapun rincian hukum dalam syara’ ada enam, yakni wajib, sunah, haram, makruh, khilaful aula, dan mubah. Setiap hal yang termasuk dalam salah satu hukum itu, berarti bias diidentifikasi dengan status hukum tersebut. Tetapi, jika tidak demikian, maka hal itu bisa dianggap bid’ah.

Syeikh Zaruq membagi bid’ah dalam tiga macam;
 
pertama, bid’ah Sharihah (yang jelas dan terang). 
Yaitu bid’ah yang dipastikan tidak memiliki dasar syar’i, seperti wajib, sunnah, makruh atau yang lainnya. Menjalankan bid’ah ini berarti mematikan tradisi dan menghancurkan kebenaran. Jenis bid’ah ini merupakan bid’ah paling jelek. 
Meski bid’ah ini memiliki seribu sandaran dari hukum-hukum asal ataupun furu’, tetapi tetap tidak ada pengaruhnya.  

Kedua, bid’ah idlafiyah (relasional), 
yakni bid’ah yang disandarkan pada suatu praktik tertentu. Seandainya-pun, praktik itu telah terbebas dari unsur bid’ah tersebut, maka tidak boleh memperdebatkan apakah praktik tersebut digolongkan sebagai sunnah atau bukan bid’ah.

Ketiga, bid’ah khilafi (bid’ah yang diperselisihkan), 
yaitu bid’ah yang memiliki dua sandaran utama yang sama-sama kuat argumentasinya. Maksudnya, dari satu sandaran utama tersebut, bagi yang cenderung mengatakan itu termasuk sunnah, maka bukan bid’ah. Tetapi, bagi yang melihat dengan sandaran utama itu termasuk bid’ah, maka berarti tidak termasuk sunnah, seperti soal dzikir berjama’ah atau soal administrasi.

Hukum bid’ah menurut Ibnu Abd Salam, seperti dinukil Hadratusy Syeikh dalam kitab Risalah Ahlussunnah Waljama’ah, ada lima macam:
 
pertama, bid’ah yang hukumnya wajib, yakni melaksanakan sesuatu yang tidak pernah dipraktekkan Rasulullah SAW, misalnya mempelajari ilmu Nahwu atau mengkaji kata-kata asing (garib) yang bisa membantu pada pemahaman syari’ah.

Kedua, bid’ah yang hukumnya haram, seperti aliran Qadariyah, Jabariyyah dan Mujassimah.
 
Ketiga, bid’ah yang hukumnya sunnah, seperti membangun pemondokan, madrasah (sekolah), dan semua hal baik yang tidak pernah ada pada periode awal.
 
Keempat, bid’ah yang hukumnya makruh, seperti menghiasi masjid secara berlebihan atau menyobek-nyobek mushaf.  

Kelima, bid’ah yang hukumnya mubah, seperti berjabat tangan seusai shalat Shubuh maupun Ashar, menggunakan tempat makan dan minum yang berukuran lebar, menggunakan ukuran baju yang longgar, dan hal yang serupa.
Dengan penjelasan bid’ah seperti di atas, Hadratusy Syeikh kemudian menyatakan, bahwa memakai tasbih, melafazhkan niat shalat, tahlilan untuk mayyit dengan syarat tidak ada sesuatu yang menghalanginya, ziarah kubur, dan semacamnya, itu semua bukanlah bid’ah yang sesat. Adapun praktek-praktek, seperti pungutan di pasar-pasar malam, main dadu dan lain-lainnya merupakan bid’ah yang tidak baik.


--(KH. A.N. Nuril Huda, Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) dalam 
"Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) Menjawab", diterbitkan oleh PP LDNU)

Mari kita bahas dalil ttg adanya bid'ah hasanah 
SESUAI HADITS NABI & PERKATAAN SAHABAT UMAR ra.

Sengaja saya tdk menggunakan pendapat ulama krn saudara2 saya salafi sering berkata, "Ulama bisa salah! 

Mari kita pahami Islam menurut Rasul, Sahabat & Generasi Salaf (sd 300H)..."

1. Saudaraku, kita sepakat adanya hadits "KULLU bid'atin dhalaalah."

Skrg mari kita bahas MAKNA KULLU... KULLU TDK SELALU BERARTI SETIAP.

Dalam memahami sesuatu, kita harus tahu banyak hal tentang sesuatu itu, baru bisa diambil kesimpulannya => tidak bisa disamaratakan (GEBYAH UYAH)...

Coba sampean artikan dan tafsirkan ayat ini : "wa ja'alnaa minal maa-i kulla syay-in chayyi" (QS al-Anbiyaa' [21]:30)

Apakah menurut sampean tafsirannya adalah "SETIAP sesuatu yang hidup diciptakan dari air"?

BAGAIMANA DENGAN MALAIKAT & JIN...? mohon pencerahannya... 



2. Kita tentu SEPAKAT bhw Sahabat Umar ra. SANGAT PAHAM ttg hadits "kullu bid'atin dhalaalah".

Kita jg SEPAKAT bhw beliau pernah berkata, "Sebaik-baik bid'ah adalah ini (Ni'matil bid'ah haadzihii)."

Bukankah sdh jelas bhw YG BELIAU LAKUKAN ADALAH BID'AH?

Mgkn sampean menjawab, "Yg dimaksud beliau adalah bid'ah scr bahasa/istilah, bukan bid'ah yg dipahami warga NU (bid'ah hasanah)."

Saudaraku, jika memang sampean benar, tolong SAMPEAN TUNJUKKAN pernyataan beliau bhw yg beliau maksud adalah bid'ah scr bhs/istilah. Tdk ada, kan?

Jd, jika sampean masih berkata bhw yg dimaksud beliau adalah bid'ah scr bahasa/istilah => ITU HANYA MENURUT SAMPEAN, bukan menurut beliau.

Mngkn sampean menjawab lg, "Beliau jg tdk pernah berkata bhw yg beliau maksud adalah bid'ah hasanah. Jd, yg dipahami warga NU hanya persepsi belaka, bukan yg dimaksud beliau."

Baiklah kalau begitu. Kita tdk menemukan DALIL NAQLI/pernyataan eksplisit beliau ttg apa yg beliau maksud.


Oleh karena itu, MARI KITA GUNAKAN DALIL AQLI u/ memahami apa yg beliau maksud...

Saudaraku, kita SEPAKAT bhw beliau adalah sosok yg TEGAS, LURUS & TDK PERNAH BASA-BASI DLM BERBICARA, APALAGI ttg URUSAN/HUKUM AGAMA...

Nah, dgn kepribadian, integritas & pemahaman beliau thd hadits, TDK MUNGKIN beliau BERMAIN KATA-KATA YG BISA MENIMBULKAN KONTROVERSI & TANDA TANYA BESAR...

Perlu sampean ingat bhw TDK SEORANG SAHABAT PUN yg menanyakan, mempertanyakan apalagi membantah ucapan beliau...

Jd yg dimaksud beliau adalah BENAR2 BID'AH (BID'AH HASANAH).

Kalau sampean ingin membantah argumentasi saya, saya persilakan... Monggo DISKUSI SCR FAIR & ILMIAH... Saya niati diskusi ini u/ menimba ilmu dr siapa pun, termasuk sampean...

Begitu dulu, saudaraku... Semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin...
 

Sumber : http://www.nu.or.id 

PADEPOKAN SANTRI KYAI JAMAS
buat temen yang hari gini dikit2 bid'ah.anti sholawat. anti maulid, dll.
silahkan download buku:
kenalilah akidahmu karangan habib Munzir.
http://www.majelisrasulullah.org/
insyaAlloh bermanfaat..
semoga NU Tanbah Maju dan Besar..
dan semoga Alloh membuka hati kita semua. amien,,








2 komentar:

  1. kami tanya ? apakah tahlilan ,,maulid nabi termasuk bid.ah yg buruk ,,,,apakah membukukan alquran/hadis juga di sebut bid,ah?

    BalasHapus
  2. mengapa di indonesia ,,,muslim lebih mementingkan bidah ,,,dari pda perintah Aquran /sunnah ,,,yg udh jelas,,,,!!!!,,,mereka manyak meninggalkan yg wajib&sunnah tapi menonjolkan bid,ah

    BalasHapus