Ternyata amalan nerakalah pengiring kepergiannya..
oleh Bambang Heriyanto pada 26 April 2011 jam 15:32
Ternyata amalan nerakalah pengiring
kepergiannya..
Kalau seandainya setelah mati kita
dibiarkan begitu saja Tentu kematian adalah...
Kalau seandainya setelah mati kita
dibiarkan begitu saja
Tentu kematian adalah kenikmatan bagi
siapapun adanya
Akan tetapi setelah mati kita akan
dibangkitkan
Lalu ditanya tentang segala yang kita
lakukan
Dulu aku tidak begitu mengenalnya.
Kadang kulihat ia di masjid. Namun terkadang berhari-hari aku tidak melihatnya.
Aku menyalaminya dengan hangat. Aku demikian rindu kepadanya, ingin lebih
mengenalnya dan berbicara kepadanya.
Kami terlibat pembicaraan. Aku
meminta keduanya untuk berkunjung ke rumahku. Kami pun sepakat untuk bertemu
besama sesudah shalat Ashar besok.
Aku bertanya kepada temanku tentang
orang tersebut. Temanku menuturkan, bahwa ia adalah orang yang baik sekali. Aku
menanyakan tentang sebab, kenapa ia sering tidak terlihat di masjid, padahal ia
tinggal bertetangga dengan masjid. Temanku menceritakan, bahwa ia memiliki
teman-teman yang nakal dalam pekerjaannya. Kalau sudah berhubungan dengan
mereka, ia akan meninggalkan masjid dan tidak shalat di masjid, bahkan banyak
bepergian.
Kami banyak mengobrol membicarakan
cara terbaik untuk menjauhkan dirinya dari teman-temannya yang nakal. Aku
menenangkan temanku dengan menjanjikan bahwa aku akan berusaha sekuat tenaga
menjauhkannya dari teman-temannya yang nakal tersebut.
Doakan saja semoga Allah memberi
pertolongan kepadaku, sehingga aku dapat mengharapkan pahala dari Allah.
Aku mempersiapkan diri untuk
pertemuan esok hari sesudah Ashar. Aku amat bergembira sekali, dengan harapan
semoga Allah memberikan hidayah kepadanya melalui tanganku…
Aku berkata kepada teman-temanku dan
memberitahukan bahwa kita ingin menjauhkan orang itu dari teman-temannya yang
nakal. Semua itu hanya dapat direalisasikan dengan kerja sama di antara kita
semua, dan berusaha menggaet simpati dan rasa suka orang tersebut. Semoga
dengan itu Allah memberi petunjuk kepadanya.

Perbincangan kami bercabang kesana
kemari. Terkadang tentang musim hujan baru-baru ini, dan bahwa di daerah anu
sekarang adalah musim semi dan tanahnya menghijau.
Kami terlibat dalam obrolan itu.
Ternyata ia adalah orang yang memiliki pengetahuan tentang tanah-tanah yang
subur, yang memiliki pemandangan yang menarik. Ia menyebutkan bahwa daerah anu
adalah terindah dibandingkan daerah-daerah lain. Karena daerah itu memiliki
tanah berpasir namun ditutupi oleh rumput yang hijau. Jadi di samping daerah
yang penuh pasir, ia juga daerah yang kaya air. Kami pun bersepakat untuk pergi
ke daerah yang indah itu di akhir pekan.. Ia ingin agar kami yang menjadi
tamunya. Namun kami menolak.
Kami menyatakan: “Anda cukup
memberikan pemikiran dan menunjukkan jalan saja.” Setelah bermusyawarah,
akhirnya kami sepakat untuk menanggung bersama semua kebutuhan perjalanan
tersebut, kecuali ide, yang memang datang darinya.
Sebuah suasana musim semi yang amat
indah. Sebuah tempat rekreasi yang dipenuhi oleh pasir di berbagai sisinya. Ada sebuah taman di tengah
pasir. Sungguh tempat yang paling indah dalam kenyataannya.
Lelaki itu jadi menyukai kami, dan di
antara kami pun timbul rasa saling suka dan keakraban. Terutama karena
perjalanan amat jauh, sehingga menimbulkan rasa dekat di antara kami semua…
Persahabatan kami berlanjut terus
dalam waktu yang lama. Keluar ke berbagai tempat, dapat kami lakukan tanpa
rencana lagi. Karena kami sudah bersepakat untuk bepergian di setiap akhir
pekan..
Kami sudah membuat jadwal keseharian
untuk bepergian dan memanfaatkan waktu. Terkadang
dengan melakukan olah raga,
atau sekedar kesempatan untuk beristirahat. Kami juga menyediakan waktu
pelajaran usai shalat Shubuh, kemudian ditambah lagi dengan sesudah Ashar,
sebentar saja. Aku mendapatkan banyak kesulitan karena adanya acara mingguan
tersebut, untuk keluar rumah. Karena bagiku, waktu itu sebenarnya waktu yang
pas digunakan untuk berkonsentrasi membaca dan menulis. Di samping berarti aku
harus meninggalkan banyak sekali acara-acara keluarga… Namun lelaki itu kini
selalu menjaga shalatnya dan selalu melakukan shalat berjamaah di masjid,
termasuk di antaranya shalat Shubuh. Pada dirinya sudah tampak tanda-tanda keshalihan
dan sikap konsekuen pada dirinya.
Acara khusus yang kubuat bersamanya
memberikan kesempatan kepadaku untuk mendekatinya. Ia menceritakan kepadaku
berbagai kesulitan yang dihadapinya selama ini. Fase-fase di mana ia kehilangan
dirinya.. Dahulu ia adalah anak yatim, dan dibesarkan di rumah kakeknya..
Kegiatan kami berlangsung terus
hingga dua bulan penuh. Sesudah itu, Allah menakdirkan diriku untuk pindah dari
tempatku sekarang ini ke pinggiran kota,
karena tempat itu dekat demgan lokasi kerjaku. Kegiatan dan hubungan melakukan
perjalanan otomatis terputus, termasuk hubungan melalui telepon, karena di
rumahku memang tidak ada.

Subhanallah, Maha Suci Dia yang
merubah segala sesuatu. Sebagian temanku yang pernah pergi bersama kami
menyebutkan bahwa ia kembali lagi berteman dengan teman-temannya yang nakal. Ia
kembali menjauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bepergian kesana kemari,
menghabiskan kebanyakan waktunya.
Kembali dia menelantarkan
keluarganya, kebiasaan lamanya ia ulangi lagi. Ia sudah mulai meninggalkan
shalat jamaah. Secara perlahan ia kembali seperti dahulu…
Ia mulai mendengarkan lagu-lagu,
meninggalkan hafalan Al-Qur’an, menjauhi orang-orang yang shalih, dan
meninggalkan membaca buku-buku bermanfaat.
Aku sungguh kecewa terhadap hal itu.
Aku berdoa untuk kebaikan diriku dan kebaikannya. Aku menganjurkan teman-teman
untuk kembali mengulangi kebiasaan mengajaknya berjalan-jalan…
Beberapa lama kemudian, salah seorang
temanku mengabarkan lewat telepon dengan suara yang berubah, bahwa lelaki itu
sudah meninggal dunia… Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un.
Apa yang terjadi dengannya? Sejak
sekian lama aku tidak melihatnya lagi, dan tidak pernah bisa kutemui di
rumahnya, padahal aku sering menghubunginya lewat telepon. Katanya, ia pergi ke
Asia Timur bersama teman-teman nakalnya, dan menenggak minuman dalam jumlah
banyak..
Ia meminum minuman keras dalam jumlah
banyak… Ia meninggal di sana
dan mayatnya dibawa dengan menggunakan peti bersama pesawat yang hendak
berubah, disertai dengan hasil visum bahwa ia memang meninggal akibat terlalu
banyak menenggak minuman keras…
Ia tidak meneruskan taubatnya. Justqu
kembali kepada kebiasaannya yang lama. Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un. Ia
berubah dalam kehidupannya, dari jelek menjadi baik. Namun kemudian kembali ke
jalan yang jelek, lalu menutup hidupnya dengan jalan itu dengan cara yang
jelek. Keluarganya menyatakan: “Seandainya saja ia meninggal dengan cara apapun,
tetapi bukan dengan cara ini, dan dengan hasil visum semacam ini…”
Aku mengangkat tangan dan berdoa
dalam hati: “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati kami
dalam agama-Mu…”
Design lay out by@ Ustdz. Ary Siswanto
Pesantren Imajiner
"Lare Ngreco" The New Generations of Traditional Islamic Shool
Tidak ada komentar:
Posting Komentar