Rabu, 19 Oktober 2011

Ternyata amalan nerakalah pengiring kepergiannya..


Ternyata amalan nerakalah pengiring kepergiannya..

oleh Bambang Heriyanto pada 26 April 2011 jam 15:32

Ternyata amalan nerakalah pengiring kepergiannya..
Kalau seandainya setelah mati kita dibiarkan begitu saja Tentu kematian adalah...

Kalau seandainya setelah mati kita dibiarkan begitu saja
Tentu kematian adalah kenikmatan bagi siapapun adanya
Akan tetapi setelah mati kita akan dibangkitkan
Lalu ditanya tentang segala yang kita lakukan

Dulu aku tidak begitu mengenalnya. Kadang kulihat ia di masjid. Namun terkadang berhari-hari aku tidak melihatnya. Aku menyalaminya dengan hangat. Aku demikian rindu kepadanya, ingin lebih mengenalnya dan berbicara kepadanya.

Kami terlibat pembicaraan. Aku meminta keduanya untuk berkunjung ke rumahku. Kami pun sepakat untuk bertemu besama sesudah shalat Ashar besok.
Aku bertanya kepada temanku tentang orang tersebut. Temanku menuturkan, bahwa ia adalah orang yang baik sekali. Aku menanyakan tentang sebab, kenapa ia sering tidak terlihat di masjid, padahal ia tinggal bertetangga dengan masjid. Temanku menceritakan, bahwa ia memiliki teman-teman yang nakal dalam pekerjaannya. Kalau sudah berhubungan dengan mereka, ia akan meninggalkan masjid dan tidak shalat di masjid, bahkan banyak bepergian.

Kami banyak mengobrol membicarakan cara terbaik untuk menjauhkan dirinya dari teman-temannya yang nakal. Aku menenangkan temanku dengan menjanjikan bahwa aku akan berusaha sekuat tenaga menjauhkannya dari teman-temannya yang nakal tersebut.
Doakan saja semoga Allah memberi pertolongan kepadaku, sehingga aku dapat mengharapkan pahala dari Allah.

Aku mempersiapkan diri untuk pertemuan esok hari sesudah Ashar. Aku amat bergembira sekali, dengan harapan semoga Allah memberikan hidayah kepadanya melalui tanganku…
Aku berkata kepada teman-temanku dan memberitahukan bahwa kita ingin menjauhkan orang itu dari teman-temannya yang nakal. Semua itu hanya dapat direalisasikan dengan kerja sama di antara kita semua, dan berusaha menggaet simpati dan rasa suka orang tersebut. Semoga dengan itu Allah memberi petunjuk kepadanya.

Kunjungan berhasil dilakukan pada waktunya. Apa yang kuharapkan pun menjadi kenyataan. Ternyata lelaki itu memang senang dengan kebajikan, dan dekat jiwanya dengan jiwa kami.
Perbincangan kami bercabang kesana kemari. Terkadang tentang musim hujan baru-baru ini, dan bahwa di daerah anu sekarang adalah musim semi dan tanahnya menghijau.
Kami terlibat dalam obrolan itu. Ternyata ia adalah orang yang memiliki pengetahuan tentang tanah-tanah yang subur, yang memiliki pemandangan yang menarik. Ia menyebutkan bahwa daerah anu adalah terindah dibandingkan daerah-daerah lain. Karena daerah itu memiliki tanah berpasir namun ditutupi oleh rumput yang hijau. Jadi di samping daerah yang penuh pasir, ia juga daerah yang kaya air. Kami pun bersepakat untuk pergi ke daerah yang indah itu di akhir pekan.. Ia ingin agar kami yang menjadi tamunya. Namun kami menolak.

Kami menyatakan: “Anda cukup memberikan pemikiran dan menunjukkan jalan saja.” Setelah bermusyawarah, akhirnya kami sepakat untuk menanggung bersama semua kebutuhan perjalanan tersebut, kecuali ide, yang memang datang darinya.

Sebuah suasana musim semi yang amat indah. Sebuah tempat rekreasi yang dipenuhi oleh pasir di berbagai sisinya. Ada sebuah taman di tengah pasir. Sungguh tempat yang paling indah dalam kenyataannya.
Lelaki itu jadi menyukai kami, dan di antara kami pun timbul rasa saling suka dan keakraban. Terutama karena perjalanan amat jauh, sehingga menimbulkan rasa dekat di antara kami semua…
Persahabatan kami berlanjut terus dalam waktu yang lama. Keluar ke berbagai tempat, dapat kami lakukan tanpa rencana lagi. Karena kami sudah bersepakat untuk bepergian di setiap akhir pekan..

Kami sudah membuat jadwal keseharian untuk bepergian dan memanfaatkan waktu. Terkadang 
dengan melakukan olah raga, atau sekedar kesempatan untuk beristirahat. Kami juga menyediakan waktu pelajaran usai shalat Shubuh, kemudian ditambah lagi dengan sesudah Ashar, sebentar saja. Aku mendapatkan banyak kesulitan karena adanya acara mingguan tersebut, untuk keluar rumah. Karena bagiku, waktu itu sebenarnya waktu yang pas digunakan untuk berkonsentrasi membaca dan menulis. Di samping berarti aku harus meninggalkan banyak sekali acara-acara keluarga… Namun lelaki itu kini selalu menjaga shalatnya dan selalu melakukan shalat berjamaah di masjid, termasuk di antaranya shalat Shubuh. Pada dirinya sudah tampak tanda-tanda keshalihan dan sikap konsekuen pada dirinya.

Acara khusus yang kubuat bersamanya memberikan kesempatan kepadaku untuk mendekatinya. Ia menceritakan kepadaku berbagai kesulitan yang dihadapinya selama ini. Fase-fase di mana ia kehilangan dirinya.. Dahulu ia adalah anak yatim, dan dibesarkan di rumah kakeknya..
Kegiatan kami berlangsung terus hingga dua bulan penuh. Sesudah itu, Allah menakdirkan diriku untuk pindah dari tempatku sekarang ini ke pinggiran kota, karena tempat itu dekat demgan lokasi kerjaku. Kegiatan dan hubungan melakukan perjalanan otomatis terputus, termasuk hubungan melalui telepon, karena di rumahku memang tidak ada.

Oleh sebab itu, aku kehilangan kabar tentang dirinya lama sekali. Sehingga ketika aku menghubunginya melalui telepon di rumahnya, mereka menyatakan: “Tidak ada di rumah.”
Subhanallah, Maha Suci Dia yang merubah segala sesuatu. Sebagian temanku yang pernah pergi bersama kami menyebutkan bahwa ia kembali lagi berteman dengan teman-temannya yang nakal. Ia kembali menjauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bepergian kesana kemari, menghabiskan kebanyakan waktunya.
Kembali dia menelantarkan keluarganya, kebiasaan lamanya ia ulangi lagi. Ia sudah mulai meninggalkan shalat jamaah. Secara perlahan ia kembali seperti dahulu…

Ia mulai mendengarkan lagu-lagu, meninggalkan hafalan Al-Qur’an, menjauhi orang-orang yang shalih, dan meninggalkan membaca buku-buku bermanfaat.
Aku sungguh kecewa terhadap hal itu. Aku berdoa untuk kebaikan diriku dan kebaikannya. Aku menganjurkan teman-teman untuk kembali mengulangi kebiasaan mengajaknya berjalan-jalan…
Beberapa lama kemudian, salah seorang temanku mengabarkan lewat telepon dengan suara yang berubah, bahwa lelaki itu sudah meninggal dunia… Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un.

Apa yang terjadi dengannya? Sejak sekian lama aku tidak melihatnya lagi, dan tidak pernah bisa kutemui di rumahnya, padahal aku sering menghubunginya lewat telepon. Katanya, ia pergi ke Asia Timur bersama teman-teman nakalnya, dan menenggak minuman dalam jumlah banyak..
Ia meminum minuman keras dalam jumlah banyak… Ia meninggal di sana dan mayatnya dibawa dengan menggunakan peti bersama pesawat yang hendak berubah, disertai dengan hasil visum bahwa ia memang meninggal akibat terlalu banyak menenggak minuman keras…

Hatiku sungguh miris mendengar akhir hidupnya yang su’ul khatimah. Aku menjadi yakin, bahwa hati manusia berada di antara jari-jari Ar-Rahman, yang Allah bolak-balikkan sekehendak-Nya.
Ia tidak meneruskan taubatnya. Justqu kembali kepada kebiasaannya yang lama. Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un. Ia berubah dalam kehidupannya, dari jelek menjadi baik. Namun kemudian kembali ke jalan yang jelek, lalu menutup hidupnya dengan jalan itu dengan cara yang jelek. Keluarganya menyatakan: “Seandainya saja ia meninggal dengan cara apapun, tetapi bukan dengan cara ini, dan dengan hasil visum semacam ini…”
Aku mengangkat tangan dan berdoa dalam hati: “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati kami dalam agama-Mu…”

Design lay out by@ Ustdz. Ary Siswanto
Pesantren Imajiner


 "Lare Ngreco" The New Generations of Traditional Islamic Shool

Sumber: 
Perjalanan Menuju Hidayah karya Abdul Malik Al-Qasim 
(penerjemah: Abu Umar Basyir),
penerbit: Darul Haq, cet. 1, Ramadhan 1422 H / 
Desember 2001 M. Hal. 80-85.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar