Selasa, 29 November 2011

Infaq dan Shodaqoh


Kita mungkin sering bersedekah tapi kita sangat jarang melakukan infaq. Kerana walaupun sedekah dan infaq memiliki persamaan namun sebenarnya sedekah dan infaq adalah dua hal yang berbeda. Secara mudahnya, perbedaan antara sedekah dan infaq adalah sebagaimana yang akan dijelaskan berikut ini.

Sedekah adalah perbuatan baik yang memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Contoh: doa, nasihat, senyuman, membuang duri dari jalan solat dhuha, bahkan berjimak dengan isteripun sedekah. Di bawah ini saya menyertakan beberapa dalil tentang sedekah yang bukan infaq.

"Senyumanmu untuk saudaramu adalah sedekah" (H.R. Bukhari Kitab Adab)

"Doa keselamatan yang datang dari salah seorang di antara kamu sekalian akan menjadi sebuah amal sedekah. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap suruhan kepada kebaikan adalah sedekah, dan larangan kemunkaran adelah sedekah. Sedekah juga dapat diperoleh melalui shalat dhuha 2 rakaat" (H.R. Bukhari no. 2989, Muslim no. 1668).

"Dalam tubuh manusia terdapat 360 persendian (ruas tulang), maka wajib bagi setiap persendian diberi sedekah. Lalu mereka bertanya, siapa yang mampu melaksanakan semua itu wahai Rasulullah? Nabi SAW menjawab, kamu cukup menutup (membersihkan) air ludah yang ada di dalam masjid dan menyingkirkan sesuatu yang menghalangi jalan …. lanjutannya …. Jika itu semua tidak mampu engkau laksanakan, cukuplah bagimu melaksanakan 2 rakaat shalat dhuha" (H.R. Abu Daud, Kitab Shalat no. 1285, 1286, 5243).

"Wahai Rasulullah SAW, orang-orang kaya telah pergi membawa banyak pahala. Mereka solat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, namun mereka boleh bersedekah dengan kelebihan hartanya (sedangkan kami tidak boleh)." Rasulullah SAW bersabda, "Bukankah Allah telah menjadikan untukmu sesuatu yang dapat disedekahkan? Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, menyuruh pada kebaikan adalah sedekah, melarang kemunkaran adalah sedekah, dan hubungan jima' kalian (dengan isteri) adalah sedekah." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah salah seorang di antara kami melampiaskan syahwatnya dan dia mendapatkan pahala?" Rasulullah SAW menjawab, "Bagaimana pendapat kalian jika ia melampiaskan syahwatnya pada yang haram, apakah ia berdosa? Demikian juga jika melampiaskannya pada yang halal, maka ia mendapatkan pahala." (HR. Muslim)
 
Infaq adalah memberikan harta benda (materi) yang bermanfaat kepada orang lain. Atau dengan kata lain, setiap sedekah yang melibatkan harta benda (materi) adalah infaq. Contoh: mengisi wang dalam tabungan di masjid, memberi uang, makanan atau pakaian kepada orang yang memerlukan, memberi makan kepada haiwan.


Jadi, infaq itu termasuk sedekah tapi sedekah itu boleh jadi bukan infaq. Untuk bersedekah tak perlu ada harta tapi untuk melakukan infaq perlu ada harta.

1.A.     KEUTAMAAN-KEUTAMAAN INFAQ

Shadaqah nafilah termasuk amal ibadah yang memberikan masukkan besar bagi pelakunya, bahkan batasan jumlah pahala tersebut tidak terhingga dan hanya Allah-lah yang mengetahuinya.
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (al-Baqarah:261)
Allah akan menggantikan harta yang dishadaqahkan, memberkahinya dan menambahkan karunia-Nya. (QS. 34:39)

“… dan barang apa yang kamu nafkahkan maka Allah akan menggantikan harta yang dishadaqahkan, memberkahinya dan menambahkan karunia-Nya”. (Saba’34:39)

Keutamaan bershadaqah nafilah bahwa ia mampu melepaskan seorang mu’min dari sifat kikir dan melatih tumbuhnya sifat berkorban, suka berinfaq dan itsar (mementingkan orang lain)

“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang-orang muhajirin) dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al-Hasyr 59:9)

Keutamaan Sedekah

“Bersedekahlah walaupun dengan sebutir kurma, karena hal itu dapat menutup dari kelaparan dan dapat memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api” (HR. Ibnul Mubarok dari hadits Ikrimah)

“Jagalah kamu dari neraka walaupun dengan separoh kurma. Jika kamu tidak mendapatkannya, maka dengan kata-kata yang baik.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Adi bin Hakim)


“Tidak seorang hambapun bersedekah dengan suatu sedekah dari usaha yang baik, dan Allah tidak menerima kecuali yang baik, melainkan Allah mengambilnya dengan Tangan Kanan-Nya lalu Dia memeliharanya sebagaimana salah seorang dari padamu memelihara anak kuda, sehingga kurma itu menjadi seperti gunung Uhud” (HR. Al-Bukhari, Muslim, At Tirmidzi dan An Nasa’i)

“Tidaklah seseorang membaikkan sedekah kecuali Allah Azza wa Jalla memberikan pengganti pada harta peninggalannya.” (HR. Ibnul Mubarok dari Hadits Ibnu Sihad dengan Mursal)

Rasulullah saw. bersabda ketika ditanya: “Manakah sedekah yang paling utama ?” “Beliau bersabda: “Kamu bersedekah dalam keadaan kamu sehat, kikir, kamu angan-angankan kekal dan takut miskin … “ (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Hurairah)

“Tidak ada seorang muslimpun yang memberi pakaian muslim lain kecuali ia dalam lindungan Allah Azza wa Jalla selama sesobek dari padanya ada padanya.” (HR At Tirmidzi dan Al Hakim dari hadits Ibnu Abbas)

“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang akan ditawan.” (QS. Ad-Dahr 76:8 )

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai” (QS. Ali Imran 3: 92).

1.B.     ADAB BATIN DALAM PENUNAIAN INFAQ

Berbagai infaq fi-sabilillah merupakan sarana terpenting kedua dalam tazkiyatun-nafs, karena jiwa bertabi’at kikir, yang notabene buruk dan harus dibersihkan dari jiwa.

“Dan kelak akan dijauhkan orang yang taqwa dari neraka itu, (yaitu mereka) yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkan hartanya.” (al-Lail: 17-18)

Berbagai infaq hanya dapat memainkan perannya dalam tazkiyatun-nafs apabila dalam penunaiannya diperhatikan adab zhahir dan batin.

Adab batin dalam penunaian infaq :

1)    Memahami dalil perintah infaq, makna dan muatan ujian yang terdapat didalamnya :

i.    Syarat kesempurnaan komitmen kepada tauhid, dengan menguji perpisahan dari yang dicintai

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan sorga …” (at-Taubah:111)

ii.    Membersihkan diri dari sifat kikir

“Dan barangsiapa dijaga dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (al-Hasyr:9)

iii.    Syukur nikmat

2)  Hendaknya membiasakan menunaikannya pada waktu-waktu yang utama sehingga menjadi sebab untuk pengembangan ibadah dan pelipatgandaan zakatnya. Misalnya bulan Muharram, karena bulan ini adalah bulan pertama dan termasuk bulan suci, atau bulan Ramadhan karena pada bulan inilah Rasulullah menjadi makhluk paling dermawan. Atau bulan Dzul Hijjah karena bulan ini bulan suci dan haji akbar. Hari-hari utama pada bulan Ramadhan adalah sepuluh hari terakhir, sedangkan hari-hari Dzul Hijjah yang paling utama adalah sepuluh hari pertama.

3)    Merahasiakan, karena hal ini lebih bisa menjauhkan diri dari riya’ dan pamrih
“Jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang faqir maka hal itu lebih baik bagi kamu.” (al-Baqarah:271)

4)    Menampakkan, apabila diketahui bahwa penampakan tersebut akan mendorong orang untuk mengikutinya dengan tetap menjaga batinnya dari dorongan riya’.
“Jika kamu menampakkan shadaqah maka itu adalah baik sekali.” (al-Baqarah:271)

5)    Tidak merusak shadaqah dengan membangkit-bangkit/menyebut-nyebut dan menyakiti
“Dan janganlah kamu membatalkan shadaqah kamu dengan membangkit-bangkit dan menyakiti.” (al-Baqarah:264)

Membangkit-bangkit yaitu menyebutkan dan membicarakannya atau meminta pelayanannya dengan pemberian tersebut atau bersikap sombong kepada seseorang dengan pemberiannya. Menyakiti ialah mencelanya karena meminta-minta.

6)    Menganggap kecil pemberian kepada orang karena jika dianggap besar maka ia akan kagum kepadanya, padahal ‘ujub termasuk hal-hal yang membinasakan dan membatalkan amal.

“Dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi ‘ujub karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun.” (at-Taubah:25)

7)    Memilih harta yang terbaik, yang paling dicintai dan paling halal.

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata…” (al-Baqarah:267)

8)    Mencari agar shadaqahnya diterima oleh orang yang akan memanfaatkan shadaqah itu dengan baik dan benar :


i.    Mencari orang-orang yang bertaqwa yang berpaling dari dunia dan mengkonsentrasikan diri untuk perniagaan akhirat dan mengamalkan tauhid

“Janganlah kamu makan kecuali makanan orang yang bertaqwa dan janganlah memakan makananmu kecuali orang yang bertaqwa.” (HR. Nasa’i dan Ibnu Hibban)

ii.    Termasuk di antara ahli ilmu khususnya

iii.    Hendaknya termasuk orang yang menyembunyikan keperluannya; tidak banyak mengeluh; termasuk orang yang menjaga harga diri

“Orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak.” (al-Baqarah:273)

iv.    Hendaknya orang yang terbelenggu oleh suatu penyakit

“Untuk orang-orang faqir yang terikat di jalan Allah” (al-Baqarah:273)

v.    Hendaknya termasuk kerabat dan orang yang memiliki hubungan keluarga
Maraji’


Al Ghazali : Ihya Ulumuddin
Sa’id bin Muhammad Daib Hawwa, Mensucikan Jiwa : Konsep Tazkiyatun nafs Terpadu 
http://yahyaayyash.wordpress.com/2008/05/31/infaq-fisabilillah/

Wallahu ta'ala a'lam.
 
 
bagi bp/ibu/sdr/sekalian yang berkanan memberikan bantuan (Donasinya) serta ingin ikut berpartisipasi sebagai salah satu donatur dalam proyek pembangunan gedung madrasah ini dapat menyalurkannya melalui Transfer ke Rek. Bank BRI Syariah A.N : Ahmad Sodik No: 100-320-3267
Harap setelah transfer segara memberikan konfirmasi via sms ke. 0821-38-740-757
agar data donator/donasinya dapat segara ter-update pada halaman muka blog kami

dan bagi donator yg mempunyai akun blog / website bisa mengirimkan alamat URL (www / http:// nya) kpd kami via sms tersebut agar kami ikut sertakan dalam Link Para donator
hal ini d maksudkan bilamana nama yg bersangkutan pada Blogrool data donotor di klik maka secara

outomatis akan terhubung ke alamat blog/website terkait.
Bilamana Bp/Ibu/Sdr/Sekalian merasa / meragukan ke otentikan Yayasan kami dan atau meragukan Program Pembangunan Gedung Madrasah kami ; berikut ini kami sertakan beberapa nama yang menjadi tokoh panutan dan sesepuh kami sebagai Referensi:
1. Bp.Solikhul hadi
(Kep.KUA Kec.Jatisrono)
Hp.081-393-060-200
I
2.Bp.Djaelani Shiddiq
(Ketua LDNU Kab.Wonogiri)
Hp.085-229-852-135
I
3.Bp.Sudjono
(Ketua MWC NU Kec.Jatisrono)
Hp.081-931-674-596
I
4.Bp.Teguh Subroto
(Kades.Jatisari.Kec.Jatisrono)
Hp.085-647-010-585
I
5.Sdr.Rohmad Siswadi
(Gp.Ansor. Kab.Wonogiri)
Hp.081-548-526-117
Terimakasih..............
info lebih lanjut........klik disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar