Selain sebagai obyek wisata alam yang menyuguhkan panorama alam eksotik
berupa air terjun alami, batu-batu besar, goa-goa alam, sumber mata air
yang tak pernah kering, dan pemandian umum, Kahyangan juga dikenal
sebagai obyek wisata religi. Karena di lokasi ini kerap didatangi
orang-orang yang ingin ngalap berkah dengan melakukan ritual semedi di
atas bebatuan besar yang ada di bawah air terjun, di dalam goa, atau
kungkum (berendam) di air sungai. Biasanya hal ini dilakukan pada malam
Selasa atau Jum’at Kliwon.
Bahkan Pemda Wonogiri tiap tahun mengadakan event resmi berupa
pagelaran wayang kulit semalam suntuk pada malam tahun baru Jawa atau 1
Sura. Guna menarik wisatawan, pengelola obyek wisata di Bulan Sura
membuat obor sepanjang jalan masuk. Menurut penuturan beberapa warga
setempat, lokasi wisata Kahyangan merupakan tempat bertapa Panembahan
Senapati, salah satu leluhur Kerajaan Mataram. Bahkan, menurut
kepercayaan masyarakat, air di lokasi tersebut membawa berkah dan
menjadi sumber kecantikan atau awet muda saat dibasuhkan ke muka.
Banyak wisatawan dari sekitar karesidenan Surakarta, bahkan dari luar
daerah mendatangi obyek wisata Kahyangan, Tirtomoyo. Selain ingin
menikmati pemandangan alam yang indah, banyak wisatawan berburu batu
mulia atau batu akik. Karena kebetulan di sekitar lokasi wisata
bertebaran pedagang souvenir berupa batu akik hasil kerajinan warga
setempat. Konon, batu akik produksi warga setempat tergolong batu akik
berkualitas tinggi karena berbahan baku batuan asli yang didapat dari
alam. Lokasi menuju Kahyangan tidak terlalu sulit, karena sudah diaspal
dan sarana transportasi pedesaan sudah berjalan dengan baik, bahkan pada
malam hari.
Diharapkan ke depannya obyek wisata Kahyangan akan mendatangkan banyak
wisatawan, baik dari kalangan wisatawan domestik maupun manca negara.
Semoga!
Wisata ritual Kahyangan adalah tempat petilasan pertapaan Raja-raja
tanah Jawa. Di tempat inilah Danang Suto Wijoyo mendapatkan wahyu Raja
dan kemudian setelah menjadi Raja bergelar Panembahan Senopati. Di
tempat ini pulalah Danang Suto Wijoyo mengadakan perjanjian dengan
Kanjeng Ratu Kidul untuk bersama-sama membangun Pemerintahan di Jawa (
Mataram).
Sampai sekarang tempat ini dikeramatkan oleh Kasultanan Yogyakarta,
terbukti setiap delapan tahun sekali diadakan upacara Labuhan Ageng.
Begitu pula pada malam Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon setiap bulan Suro, Pemkab Wonogiri mengadakan upacara Sedekah Bumi, dilanjutkan pagelaran Wayang Kulit semalam suntuk.
Upacara tersebut adalah sebagai wujud terima kasih dan doa rakyat Wonogiri kepada Tuhan Yang Maha Esa agar selalu diberi keselamatan dan ketenteraman.
Obyek wisata ini selalu dipadati pengunjung yang akan melakukan meditasi, menyatu dengan kekuasaan Ilahi, agar terkabul permohonannya. Kegiatan ini berjalan setiap hari, dan mencapai puncaknya pada setiap malam Selasa Kliwon dan malam Jumat Kliwon.
Begitu pula pada malam Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon setiap bulan Suro, Pemkab Wonogiri mengadakan upacara Sedekah Bumi, dilanjutkan pagelaran Wayang Kulit semalam suntuk.
Upacara tersebut adalah sebagai wujud terima kasih dan doa rakyat Wonogiri kepada Tuhan Yang Maha Esa agar selalu diberi keselamatan dan ketenteraman.
Obyek wisata ini selalu dipadati pengunjung yang akan melakukan meditasi, menyatu dengan kekuasaan Ilahi, agar terkabul permohonannya. Kegiatan ini berjalan setiap hari, dan mencapai puncaknya pada setiap malam Selasa Kliwon dan malam Jumat Kliwon.
Memasuki bulan suro yang di anggap sakral, inetnsitas pengunjung semakin meningkat, hampir tiap malam ratusan orang akan berkumpul untuk melakukan ritual dari mulai semedi;meditasi maupun melakukna siram jamasan suci sesuai dengan kepercayaan masyarakat lokal dalam rangka untuk nggayuh kamukten sebagaimana raja-raja mataram tempo doeloe....
sumber:
http://www.adirafacesofindonesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar