Terhasut oleh pembatasan makna firmanNya
Oleh Zon Jonggol di Hello, EFKATRIC! · 
Terhasut oleh pembatasan makna firmanNya 
 Mereka adalah hasil pengajaran para ulama korban hasutan atau ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi.
Mereka adalah hasil pengajaran para ulama korban hasutan atau ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi.
Salah  satu penghasutnya adalah perwira Yahudi Inggris bernama Edward
 Terrence  Lawrence yang dikenal oleh ulama jazirah Arab sebagai Laurens
 Of  Arabian. Laurens menyelidiki dimana letak kekuatan umat Islam dan  
berkesimpulan bahwa kekuatan umat Islam terletak kepada ketaatan dengan 
 mazhab (bermazhab) dan istiqomah mengikuti tharikat-tharikat tasawuf.
Laurens  mengupah ulama-ulama yang anti tharikat dan anti mazhab 
untuk menulis  buku buku yang menyerang tharikat dan mazhab. Buku 
tersebut  diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan dibiayai oleh pihak
  orientalis.
Dalam tulisan sebelumnya pada  http://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/02/02/potongan-perkataan-ulama/  telah diuraikan bagaimana mereka terhasut oleh potongan perkataan ulama.   
Dalam tulisan pada  http://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/02/03/terhasut-pengalihan-makna/  telah diuraikan bagaimana mereka terhasut oleh pengalihan makna  perkataan ulama.
Dalam tulisan pada  http://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/02/05/menyalah-maknakan-hadits/  telah diuraikan bagaimana mereka terhasut oleh penyalah makna dari  hadits.
Dalam tulisan kali ini diuraikan bagaimana mereka terhasut oleh pembatasan makna firman Allah ta’ala.
Contohnya.
Firman Allah ta’ala yang artinya,  "Dan  barangsiapa yang 
menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan  mengikuti jalan 
yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia  leluasa terhadap 
kesesatan yang telah dikuasainya itu*  dan Kami  masukkan ia ke dalam 
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat  kembali" (QS An Nisaa’ [4]:115)
*) Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan
Mereka  berpendapat bahwa sabilil mu’minin , jalan orang-orang mu’min
 terbatas  hanya pada para Sahabat saja dan kemudian diikuti dengan 
orang-orang  yang mengikuti mereka dari Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.  
Contoh pendapat  ulama mereka sebagaimana termuat dalam Al-Masaa-il oleh
 Abdul Hakim bin  Amir Abdat – Halaman 240 s/d 246
Jadi kalau kaum  muslim mengikuti apa yang disampaikan oleh 
orang-orang mu’min selain  para Sahabat seperti Imam Mazhab yang empat 
maka  termasuk tidak  mentaati perintah Allah Azza wa Jalla sekaligus 
telah menentang  Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Bagaimana  mereka mengetahui jalan atau cara beribadah para Sahabat  
kalau tidak  mengikuti apa yang disampaikan oleh Imam Mazhab yang empat 
yang melihat  langsung penerapan,  perbuatan serta contoh nyata jalan 
atau cara  beribadah dari Salafush Sholeh.  
Mereka katakan telah  mengikuti jalan atau cara beribadah para 
Sahabat   namun kenyataannya  mereka mengikuti akal pikiran mereka 
sendiri hasil belajar sendiri  (secara otodidak) melalui cara 
muthola’ah, menelaah kitab.  
Setiap  upaya pemahaman bisa benar dan bisa pula salah. Kemungkinan 
salah akan  semakin besar jika tidak berkompetensi sebagai imam mujtahid
 mutlak  sebagaimana kompetensi Imam Mazhab yang empat.  
Kesalahpahaman  dapat ditimbulkan karena mereka tidak mendapatkan 
pemahaman Salafush  Sholeh dari lisannya Salafush Sholeh sedangkan Imam 
Mazhab yang empat  mendapatkan pemahaman Salafush Sholeh langsung dari 
lisannya Salafush  Sholeh karena Imam Mazhab yang empat bertalaqqi 
(mengaji) langsung  dengan Salafush Sholeh.
Merekalah korban hasutan atau  ghazwul fikri (perang pemahaman) dari 
kaum Zionis Yahudi untuk memahami  Al Qur’an dan As Sunnah dengan akal 
pikiran masing-masing dengan tujuan  menimbulkan perselisihan di antara 
kaum muslim karena perbedaan  pemahaman.
Rasulullah telah melarang kita untuk memahami Al Qur’an dengan akal pikiran kita sendiri
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa menguraikan Al Qur’an dengan akal pikirannya sendiri dan merasa benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan”. (HR. Ahmad)
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “di
  dalam agama itu tidak ada pemahaman berdasarkan akal pikiran,  
sesungguhnya agama itu dari Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya.” (Hadits riwayat Ath-Thabarani)
Ibnul Mubarak berkata :”Sanad  merupakan bagian dari agama, 
kalaulah bukan karena sanad, maka pasti  akan bisa berkata siapa saja 
yang mau dengan apa saja yang  diinginkannya.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muqoddimah kitab Shahihnya 1/47 no:32 )
Dari Ibnu Abbas ra Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda…”Barangsiapa yg berkata mengenai Al-Qur’an tanpa ilmu maka ia menyediakan tempatnya sendiri di dalam neraka” (HR.Tirmidzi)
Imam Syafi’i ~rahimahullah mengatakan “tiada ilmu tanpa sanad”.
Al-Hafidh Imam Attsauri ~rahimullah mengatakan “Penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah tanpa tangga”
Bahkan Al-Imam Abu Yazid Al-Bustamiy , quddisa sirruh (Makna tafsir QS.Al-Kahfi 60) ; “Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan” Tafsir Ruhul-Bayan Juz 5 hal. 203
Sanad ilmu / sanad guru sama pentingnya dengan sanad hadits.
Sanad hadits adalah otentifikasi atau kebenaran sumber perolehan matan/redaksi hadits dari lisan Rasulullah.
Sedangkan  Sanad ilmu atau sanad guru adalah otentifikasi atau 
kebenaran sumber  perolehan penjelasan baik Al Qur’an maupun As Sunnah 
dari lisan  Rasulullah.
Hal yang harus kita ingat bahwa Al Qur’an  pada awalnya tidaklah 
dibukukan. Ayat-ayat Al Qur’an hanya dibacakan dan  dihafal (imla) 
kemudian dipahami bersama dengan yang menyampaikannya.
Hal yang akan dipertanyakan terhadap sebuah pendapat / pemahaman seperti :
“Apakah  yang kamu pahami telah disampaikan / dikatakan oleh 
ulama-ulama  terdahulu yang tersambung lisannya kepada Rasulullah 
shallallahu alaihi  wasallam ?"
“Siapakah ulama-ulama terdahulu yang mengatakan hal itu ?"
“Dari siapakah mendapatkan pemahaman seperti itu  ?"
Imam  Malik ra berkata: “Janganlah engkau membawa ilmu (yang kau 
pelajari)  dari orang yang tidak engkau ketahui catatan (riwayat) 
pendidikannya  (sanad ilmu)”
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda yang artinya “Sampaikan
  dariku sekalipun satu ayat dan ceritakanlah (apa yang kalian dengar)  
dari Bani Isra’il dan itu tidak apa (dosa). Dan siapa yang berdusta  
atasku dengan sengaja maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di 
 neraka” (HR Bukhari)
Hakikat makna hadits tersebut  adalah kita hanya boleh menyampaikan 
satu ayat yang diperoleh dari  orang yang disampaikan secara turun 
temurun sampai kepada lisannya  Sayyidina Muhammad bin Abdullah 
Shallallahu alaihi wasallam.
Kita  tidak diperkenankan menyampaikan apa yang kita pahami dengan 
akal  pikiran sendiri dengan cara membaca dan memahami namun kita 
sampaikan  apa yang kita dengar dan pahami dari lisan mereka yang sanad 
ilmunya  tersambung kepada lisannya Rasulullah shallallahu alaihi 
wasallam karena  hanya perkataan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam 
yang merupakan  kebenaran atau ilmuNya.
Rasulullah shallallahu alaihi  wasallam menyampaikan agama kepada  
Sahabat.  Sahabat menyampaikan  kepada Tabi’in. Tabi’in menyampaikan 
pada Tabi’ut Tabi’in. Para Imam  Mazhab yang empat, pemimpin atau imam 
ijtihad kaum muslim pada umumnya,  mereka berijtihad dan beristinbat 
berlandaskan hasil bertalaqqi (mengaji  ) pada Salafush Sholeh
Contoh sanad Ilmu atau sanad guru Imam Syafi’i ra
1. Baginda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam
2. Baginda Abdullah bin Umar bin Al-Khottob ra
3. Al-Imam Nafi’, Tabi’ Abdullah bin Umar ra
4. Al-Imam Malik bin Anas ra
5. Al-Imam Syafei’ Muhammad bin Idris ra
“Orang  yang berguru tidak kepada guru tapi kepada buku saja maka
 ia tidak akan  menemui kesalahannya karena buku tidak bisa menegur tapi
 kalau guru  bisa menegur jika ia salah atau jika ia tak faham ia bisa 
bertanya, tapi  kalau buku jika ia tak faham ia hanya terikat dengan 
pemahaman dirinya,  maka oleh sebab itu jadi tidak boleh baca dari buku,
 tentunya boleh  baca buku apa saja boleh, namun kita harus mempunyai 
satu guru yang kita  bisa tanya jika kita mendapatkan masalah” (Habib Munzir).
Asy-Syeikh as-Sayyid Yusuf Bakhour al-Hasani menyampaikan bahwa “maksud
  dari pengijazahan sanad itu adalah agar kamu menghafazh bukan sekadar 
 untuk meriwayatkan tetapi juga untuk meneladani orang yang kamu  
mengambil sanad daripadanya, dan orang yang kamu ambil sanadnya itu juga
  meneladani orang yang di atas di mana dia mengambil sanad daripadanya 
 dan begitulah seterusnya hingga berujung kepada kamu meneladani  
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan demikian, keterjagaan  
al-Qur’an itu benar-benar sempurna baik secara lafazh, makna dan  
pengamalan“
“Sanad adalah bagai rantai emas  terkuat yg tak bisa diputus 
dunia dan akhirat, jika bergerak satu mata  rantai maka bergerak seluruh
 mata rantai hingga ujungnya, yaitu  Rasulullah shallallahu alaihi 
wasallam,” (Habib Munzir)
Keistimewaan  syari’at Islam adalah adanya sanad atau mata rantai 
yang bersambung  hingga pembawa syari’at itu sendiri; Rasulullah. Karena
 itulah munculnya  faham-faham menyimpang yang dapat menyesatkan umat 
Islam sangat kecil  kemungkinannya untuk tidak terdeteksi jika berpegang
 teguh kepada sanad.
Sanad  inilah yang kemudian menjadi tradisi di kalangan Ahlus Sunnah 
wal  Jama’ah untuk selalu dilestarikan, karena dengan terus 
membudayakannya  akan terjamin kemurnian ajaran agama Allah ini tidak 
bercampur dengan  akal pikiran manusia yang didalamnya ada unsur hawa 
nafsu atau  kepentingan
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830
 

 
 
mantaf kang blognya......,,,salam ukhwah pendekar.... juga ukhwah Islamiyah....,,masukan sdikit mas... untuk stream nya radio Aswaja Fm Ponorogo g bisa diputar di blog e njenengan.
BalasHapusminta script nya pasangan jurus pendekar mas...