Kamis, 12 Januari 2012

Islam dan Jawa

Indahnya Islam dan Jawa dalam Karya 

dalam islam di ranah jawa, khususnya jawa yang berbahasa jawa, banyak sekali karya sang maestro dalam kitab jawanya. salah satu diantaranya adalah Kanjeng Susuhunan Pakubuwana IV dalam serat wulang rehnya. wulang adalah ajaran sedangkan reh adalah memerintah. yakni serat yang didalamnya banyak perintah2 kepada anak cucu dan semuanya dalam hidup ini.

yang menarik bagi saya adalah banyak sekali ajaran syar'i dan adab dalam kitab ini, seperti halnya kajian kitab kuning di pesantren, hanya saja ini merupakan sari pati dari kitab-kitab tersebut, karena dahulu sang Kanjeng juga seorang ulama pada masanya.

coba saja simak cuplikan bait 3 dan 4 dalam pupuh dhandanggula di dalam serat wulangreh-nya:

jroning kuran nggoning rasa jati
nanging ta pilig ingkang uninga
kajaba lawan tuduhe
nora kena den awur
ing satemah nora pinanggih
mundhak katalanjukan
temah sasar susur
yen sira ayun waskitha
sampurnane ing badanira puniki
sira anggegurua

nanging yen sira nggeguru kaki
amiliha manungsa kang nyata
ingkang becik martabate
sarta kang wruhing ukum
kang ngibadah sarta wirangi
sokur oleh wong tapa
ingkang wus amungkul
tan mikir paweweh ing lyan
iku pantes sira guranana kaki
sartane kawruhana

yang arti secara lepasnya yakni.
di dalam qur'an itu tempatnya (ilmu) rasa yang sejati
tetapi hanya orang pilihan yang mengetahui
kecuali dengan petunjuk orang yang mengetahui
(al-qur'an) tidak boleh dikira-kira (dalam penafsirannya)
yang akhirnya tak ditemukan
akhirnya terlanjur (dalam menafsirkannya)
alih-alih malah kesasar
jika engkau ingin mengetahui (qur'an) dengan benar
agar sempurna dirimu
sebaiknya engkau berguru

jika kamu hendak berguru
pilihlah guru yang bermartabat baik
dan mengerti akan hukum
yang beribadah serta wira'i
syukur kalau (engkau) mendapatkan (guru) yang ahli tapa (tirakat)
tidak mengharapkan pemberian (dari) orang lain
(orang) yang seperti itulah pantas kau jadikan guru

betapa luhur bukan akan karya sastra tersebut, tidak melulu jawa itu terkesan dengan sinkretisme yang sangat sehingga banyak yang menilai itu mengandung takhayul bid'ah dan khurafat.bid'ahpun luas pengkajiannya yang rasanya tidak pantas untuk saya paparkan di sini.

dengan merujuk kepada tulisan-tulisan luhur dan agung tersebut, menandakan bahwa islam di jawa tidak semuanya buruk. benar mungkin kejawen itu banyak mengandung unsur-unsur bid'ah, namun yang terkadang ekstrim dalam pelaksanaan ritualnya adalah bagi mereka yang memiliki aliran tersendiri, akan tetapi dalam ibadah-ibadah mahdhoh mereka juga tetap jalan, semisal aliran manunggaling kawula gusti, aliran pangestu wa akhwatuha.

tak kenal maka taksayang, begitulah dengan saya yang dahulu belum mengenal bagaimana islam di tanah jawa ini. namun setelah sedikit membuka mata, mencoba membuka hati, dan setelah sedikit mencicipi peninggalan-peninggalan agungnya, luar biasa. itulah budaya kita.

salam budaya, ^^

By: Nurul Farida Wajdi
di Bilik Daar Ash-Sholihin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar